Minggu, 27 Januari 2013

Menelusuri kehidupan "Nasi Sisa"

Langit yang masih hitam membawaku berlari pontang panting menyelamatkan buku buku yang kian hari kian lusuh di sorot matahari.
tak pernah ada yang dengan setia menemaniku berjalan menelusuri keramaian kota dan pahitnya debu. Semuanya terasa biasa karena semenjak umur 12 tahun yang lalu, saat aku ditinggalkan ibu, aku tak punya lagi sesosok manusia yang dapat mengulurkan tangannya walau sekedar menolongku saat aku hampir terpeleset karena alas kaki yang terus menipis.
sampai saat ini kata kata yang terlontar terakhir kali dari orang yang kusayangi  masih setia menemani perjalanan nafasku.
"Dina, maaf ibu harus pergi tanpa membawamu. Suami ibu tak rela bila kau terus membuntuti, jadi diamlah dirumah ini atau bila perlu kau cari kerja, asal kau jangan bermain di dunia malam seperti yang ibu lakukan" kalimat itu tak pernah pudar padahal saat ini aku telah berusia 21 tahun.iya, ibu telah meninggalkan aku di usia yang masih dini sampai aku kadang tak paham masalah agama.Ditambah aku baru mengerti bahwa aku adalah anak yang tak diingikan oleh ibu.