Saat senja tiba, dulu …
Ada suatu keharuan yang memcahkan ketakutan.
Saat suara adzan ke empat hari itu, berkumandang
Ada kesucian datang
Layung senja memerah
Mendambakan sang putri cantik datang
Burung berhamburan keluar kandang menanti suara
tangis
Dan tibalah sang putri berteriak girang
merasakan angin dunia
Duapuluh tahun yang lalu, Ada wanita yang berkeringat, menangis, dan berbahagia di sebuah gubuk kecil berwarna suci
Duapuluh tahun yang lalu, ayah berlari
berteriak mengatakan bahwa putri kecilnya kini terdengar tangisnya
Duapuluh tahun yang lalu, wajah sang putri
mulai menghiasi hari. Memberikan sentuhan anggun di setiap tidur sang ayah
bunda.
Ya, duapuluh tahun yang lalu
Aku yang dulu suci, kini
berubah menjadi pelangi. Catatan mulai duapuluh tahun yang lalu, mengubahku
menjadi lebih berarti. Duapuluh tahun yang lalu, aku hanya dicintai namun kini
aku dapat mencintai
Duapuluh tahun yang lalu,
saat pertama kali kudengar suara adzan di telinga sebelah kanan, aku mulai
merangkai kehidupan. Duapuluh tahun
sudah aku merasakan pelajaran hidup, merasakan sakit, bahagia, terluka, kecewa,
ditinggalkan, dan jatuh cinta. Memiliki teman, sahabat, kekasih yang
menjadikanku lebih dari seorang manusia berharga.
Mulai dari duapuluh tahun
silam
Aku berkelana mencari
jati diri
Menghirup udara bekasi
dan menggali ilmu disana, menitikan pola hidup di Kuningan serta membentuk
kepribadian, berjuang di Jogjakarta lantas meninggalkan impian di pantai
parangtritis, menelusuri indahnya Surabaya dan mengalirkan arus kenangan di bengawan solo. Sampai di angka duapuluh aku terjaga di Jakarta, menacapkan
impian untuk terbang, melihat laut yang biru dan menyongsong ke atas awan yang
putih
Sampai saat ini, aku tak
pernah tau. Berapa tahun lagi aku akan menetap di alam biru ini. Semoga tahun
tahun berikutnya sampai aku mendengar dan merasakan panggilan Tuhan,
memerintahkan aku untuk kembali pulang. Aku akan senantiasa berbuat kebaikan
agar Tuhan tetap menyayangiku dengan lebih menyegerakan doa doa yang aku pinta.
DuaPuluh
Tahun yang lalu, adanya aku
Rizky A.Pratama