Ketika aku mulai rabun dalam kebersamaan ku dengan mu,
ketika rasa bahagia sedikit menghilang di tengah senyuman hangat mu. Aku kadang
tak kenal pasti tentang sedalam apa rasa yang pernah ku perjuangkan.
Dulu aku pernah menganggapmu segalanya, tapi maaf dari detik
ini aku tak lagi pantas kau tunjuk sebagai orang yang mencintaimu. Dulu kau
boleh bilang bahwa aku patner berjuangmu, namun kini aku hanya jadi sosok
penonton yang melihatmu berjuang. Entah kamu memperjuangkan siapa.
Kita berada dalam ruang yang berbeda. Haruskah aku tetap
setia dibalik kata cintamu yang bukan ditunjukan hanya untukku? Haruskah aku
terus menunggu, padahal kamu lebih sering tersenyum di persimpangan jalan
sebelum menemuiku? Apa harus aku tertatih menahan kantuk karena aku lebih
memilih untuk merindukanmu? Sementara kamu sibuk memencet tombol handphone
untuk tau keadaan orang lain?
Jarak ribuan kilometer ini mengancam kehidupanku. Aku takut
bila nanti saat aku benar benar tak melihat sosok mu lagi, aku hanya bisa
menangisimu dalam doa. Aku takut jika aku terlalu berharap kamu mengabulkan
semua janjimu sementara kamu lebih memilih menjalani janjimu dengan yang lain.
Aku takut bila rindu ini hanya satu arah, padamu. Dan kamu tak memberikan
arahmu padaku.
Jika kamu pernah berkata bahwa kita akan selalu berdampingan
sampai nanti kita berjalan bersama di teduhnya pelaminan, kadang membuatku
ingin terus memperjuangkan rasa ini. Tetap aku pertahankan, walau aku tau rasa
itu memang kian memudar. Bila kamu pernah berkata bahwa, aku sosok ibu dari
anak anak mu kelak, kadang aku ingin berlari mengejarmu, dan mulai katakan lagi
bahwa aku masih mencintaimu. Tapi rasanya tak mungkin, energi ku telah terkupas
habis saat aku bertahan melihatmu bahagia dengan yang lain. Jalanmu telah jauh
walau aku tau bahwa pandanganmu tetap untukku. Tapi aku sulit berlari, aku tak
mampu berteriak. Aku kehabisan akal dan separuh nyawaku.
Mungkin kita tak pernah ditakdirkan untuk bersama, kita
hanya dipertemukan untuk mengambil pelajaran saja. Jarak ribuan kilometer ini
terlalu sulit didekatkan. Padahal aku sering bergemuruh menahan rindu setiap
malam. Aku akan menjauhimu agar kamu bebas memilihnya. Tapi untuk saat ini aku
acuh bukan berarti aku tak rindu, Aku hanya sekedar tak cinta. Aku tak cinta
“moment” ini, saat kau benar benar jauh dan aku menjauhimu. Aku hanya ingin
kamu tau bahwa rasa ini memudar bukan karena aku tak lagi menyayangimu. Tapi
karena aku tau semua kebohongan tentang kita dan kadang jaraklah yang jadi
alasannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar