Sabtu, 09 Maret 2013

Untukmu yang Mengacaukan Sel Sel Impuls Otakku .....


Untukmu yang sering menggandrungi pikiranku

Hai Tuan, apa kabar? apa kamu masih mengingat ku? Masihkah kamu memperjuangkan yang kamu katakan kepada ku? Masihkan kamu mendampingi ku untuk memperjuangkan kita? Wajahmu yang aku pikir sering terkena basuhan wudhu itu terlalu sering membayang dan tergantung di benak ku. Senyuman yang sering menari dan membuat bibir ku lagi dan lagi merekah itu selalu membuat ku melayang bertepi pada telaga kebahagiaan. Kamu adalah sosok yang penuh kharismatik yang sering mengancam kesedihan ku, kamu adalah sosok penakluk yang dapat menambah timbangan senyuman ku. Ya entahlah semuanya tentang kamu.

Kamu yang tak pernah berhenti menikam ketakutan ku

Apa kamu tau ketakutan itu selalu ada, selalu ada bila pikiran ku berlabu pada hal yang bukan lagi positif. Ketakutan bila suatu hari nanti ternyata yang pergi buka kamu melainkan aku. Ketakutan bila rasa yang kita ciptakan berdua diambil alih oleh sosok lain dan tak lagi aku punya. Ketakutan itu menyergap. Aku takut bila aku tak lagi sepaham dengan perasaan ini. Aku takut aku yang berhenti berjuang dan menjadi sosok yang mengabaikan. Aku takut, maka tolonglah aku hingga kita bisa bernafas dalam tarikan hela yang sama.


Padamu sosok yang aku tak paham kapan kita kenalan

Kapan kita pertama bertemu?? Aku lupa atau aku benar benar tak tau. Kapan pertama kita kenalan? Kenapa kamu tau namaku, dan aku tau namamu? Entahlah yang kuingat dulu kita memang tak saling kenal. Tapi kenapa kamu tiba tiba memperhatikan aku dan aku tau namamu. Kenapa aku mengagumimu dan kamu sebut namaku. Semuanya seolah abstrak. Aku tak paham atau aku terlanjur menikmati kehidupan ini. Yang pasti semoga pertemuan ini memang diciptakan Tuhan sebagai jalan kebahagiaan kita


Untukmu pemilik senyum melankolis

Sudahlah, pasti kamu sudah mengerti perasaanku. Pasti kamu sudah paham itikadku. Kamu harus mengerti, bahkan harus lebih dari sekedar mengerti. Tentang sebuah perjuangan yang bila aku jabarkan pada siapapun, sedetail apapun, mereka tidak akan mengerti karena getaran itu aku berikan seutuhnya untuk kamu. maka dari itu selalu berikan senyum melankolis mu untukku.

Kamu yang terbang di semester 6

Terbanglah, sejauh apapun itu. Biarkan rindu ratusan kilometer terpatri untukmu. Terbanglah tinggalkan aku asal kamu harus tau jalan pulang. Terbanglah, sentuh awan juga bintang mu. Bahkan aku akan mengantar kan mu sampai bayanganmu dan pesawat itu tinggal landas. Dan bila kamu tau jalan pulang, maka aku akan setia menunggu di pendaratan yang sama. Di "runway" kita, singgasana Tuhan yang telah menuliskan bahwa kamu adalah tulang punggungku dan aku pemilik tulang rusukmu.




Cat : Bacalah, tapi yang kamu baca belum tentu sama seperti yang aku tulis :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar